Di sisi lain, dengan pertambahan jumlah penduduk, maka konsumsi BBM pastinya juga makin meningkat. Diprediksi, kebutuhan BBM domestik bakal menembus 1,4 juta barel per hari pada 2030.
Ditambah lagi, peningkatan produksi minyak mentah di dalam negeri juga makin sulit akibat penurunan alamiah sumur minyak yang sudah tua dan ketiadaan penemuan cadangan minyak dalam jumlah yang besar sehingga impor BBM akan makin meningkat dan anggaran subsidi pun kian membengkak.
Oleh karena itu, kebijakan BBM subsidi yang tepat dan cepat menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Salah satu kebijakan dalam jangka pendek yang dapat dilakukan Pemerintah adalah menaikkan harga BBM secara bertahap menuju keekonomiannya.
Ini memang bukan kebijakan populis, tapi mau tidak mau dan cepat atau lambat, sebaiknya Pemerintah mengambil keputusan ini. Makin lama kebijakan harga BBM rendah ditahan, beban subsidi akan kian membesar dan membuat postur anggaran negara makin tidak sehat.
Di samping itu, perlu pula dibarengi solusi lain yang bersifat jangka panjang berupa pengembangan energi alternatif mulai dari bahan bakar nabati (BBN), yang bahan bakunya melimpah di negeri ini, pemanfaatan bahan bakar gas (BBG), hingga penggunaan kendaraan listrik secara lebih masif.
Pilihannya saat ini memang tidak banyak, tapi menerapkan alokasi subsidi energi tepat sasaran merupakan keniscayaan. (qom/Antara)
Oleh Kelik Dewanto
Editor : Achmad Zaenal M