Dilema Petani, Pupuk Subsidi Terbatas, Non Subsidi Harganya Gak Masuk Akal

Reporter : Much Taufiqurachman Wahyudi - klikjatim.com

Kegiatan petani melakukan pemupukan tanaman di tengah terbatasnya pasokan pupuk subsidi dan mahalnya pupuk non subsidi

KLIKJATIM.Com | Jakarta –  Kalangan petani di Tanah Air mengeluhkan melonjaknya harga pupuk non subsidi belakangan ini. Serikat Petani Indonesia (SPI) menyebut, harga pupuk nonsubsidi melonjak 100 persen sejak awal 2022.

Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi SPI Muhammad Qomarunnajmi mengatakan, kenaikan ini dikarenakan peningkatan harga bahan baku produksi terutama gas alam dan permintaan.

“Jenis pupuk kimia yang naik. Setidaknya dua pemicunya yaitu kenaikan bahan baku produksi, terutama gas alam, dan kenaikan permintaan, karena kuota pupuk subsidi yang berkurang,” katanya.

Dikatakan, kenaikan harga pupuk kimia ini akan jadi tekanan bagi petani jika tidak diiringi jaminan pasar dengan harga yang layak.

“Tentu ini akan jadi tekanan bagi teman-teman petani. Tetapi, kami dari SPI menggunakan pendekatan pertanian agroekologi, jadi sudah mulai melepaskan ketergantungan pada pupuk kimia,” lanjutnya.

Dia menambahkan, selama ini komponen pupuk memberikan kontribusi sebesar 15 persen terhadap biaya produksi.

Adapun, untuk besaran persentase penggunaan pupuk nonsubsidi dan pupuk subsidi, Qomarunnajmi mengaku belum bisa memastikan besaran angkanya. Pasalnya, masih ada permasalahan pada kartu tani dan distribusi pupuk subsidi.

“Mengacu pada keterangan yang disampaikan ombudsman dan data di Kemenkoperekonomian, tidak semua petani terdaftar di kartu tani dan tidak semua petani yang punya kartu tani memiliki data valid soal luasan lahan dan luasan tanamnya,” ujarnya. (ris)