Dengan potensi dan kekayaan tersebut, Pj Gubernur Adhy mengajak masyarakat untuk mendaftarkan batik khas daerahnya dalam Warisan Budaya tak Benda Indonesia (WBTBI) maupun Hak Kekayaan Intelektual (Haki). “Ini penting”, sebutnya. Agar kekayaan budaya dapat terjaga dan mendapatkan pengakuan secara nasional maupun hukum.
Masih di acara yang sama, Pj Gubernur Adhy menyempatkan diri menyaksikan pagelaran busana batik khas Bojonegoro. Tak hanya itu, ia juga meninjau banyak booth serta membeli berbagai produk batik daerah.
Tersedia 84 stand yang disediakan gratis oleh Pemerintah Kab. Bojonegoro. Yang mana, semuanya sudah terisi penuh oleh peserta. Di antaranya dari Dekranasda Jatim, 18 kabupaten/kota se-Jawa Timur, tiga kabupaten Jawa Tengah, tiga perwakilan PD Jatim juga Bojonegoro, lima asosiasi batik di Jatim, satu asosiasi batik dari Palembang, stakeholder, serta asosiasi desa wisata.
Sementara itu, Pj. Bupati Bojonegoro Adriyanto mengatakan, acara Pekan Batik ini banyak disemarakkan oleh anak-anak muda. Hal ini menunjukkan animo mereka sangat tinggi di dalam mengembangkan batik daerah.
“Banyak anak muda kita membuat corak baru. Jadi mereka ikut melestarikan budaya batik. Kita punya stok untuk corak ini. Maka bisa dibilang acara ini memberikan ruang kerja baru untuk anak muda. Dengan begitu, acara ini bisa menjadi penopang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat,” pungkas Adriyanto.
Turut hadir Pj Ketua Dekranasda Prov. Jatim Isye Adhy Karyono, Konjen Australia di Surabaya Anthea Griffin, Pj. Sekdaprov Jatim Bobby Soemiarsono, Pj. Ketua Dekranasda Bojonegoro Dian Adriyanto, Forkopimda Kab. Bojonegoro, beberapa Bupati/Walikota di Jatim, serta beberapa Kepala Perangkat Daerah Provinsi Jatim. (gin)