KLIKJATIM.Com | Gresik – Tim inovator PT Petrokimia Gresik (PG) sukses membawa pulang lima penghargaan sekaligus, dalam ajang konvensi inovasi internasional ‘25th Asia Pasific Quality Organization (APQO)’. Hal ini diakui sebagai prestasi yang membanggakan bagi produsen pupuk dan bahan kimia untuk solusi agroindustri tersebut.
Direktur Utama (Dirut) PG, Rahmad Pribadi mengatakan, ada empat tim Gugus Inovasi yang dikirim untuk mengikuti APQO pada tanggal 14 sampai 16 Oktober 2019 di Kuta, Bali. Keempatnya terdiri dari dua tim Gugus Inovasi Operational (GIO) 555 dan Fluor, serta dua tim Sistem Saran (SS) Kalibrasi dan New Balance.
“Gugus-gugus yang berangkat ini merupakan gugus berprestasi di konvensi nasional TKMPN (Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional) pada tahun 2017 dan 2018. Kesempatan ini sekaligus sebagai bentuk penghargaan kepada tim inovasi, yang telah berprestasi di ajang sebelumnya,” ujar Rahmad, Kamis (17/10/2019) di Gresik.
Kali ini, empat tim yang dikirim juga mampu membawa pulang penghargaan setelah bersaing dengan 100 peserta atau kontingen dari berbagai negara. Seluruhnya berhasil mendapat predikat “3 Stars” dan GIO 555 membawa tambahan penghargaan sebagai Best Impact on Transformation.
[irp]Rahmad menjelaskan, inovasi saat ini lebih dari sekedar budaya dan tata nilai di Petrokimia Gresik, yang sudah menjadi DNA perusahaan. Untuk itu, manajemen sangat mendukung setiap insan Petrokimia Gresik yang ingin menunjukkan karyanya melalui kompetisi semacam ini.
“Selain memberikan dampak positif dalam mendukung program transformasi bisnis Perusahaan dengan mengikuti kompetisi semacam ini, inovasi yang telah dilakukan tim kami juga mendapat pengakuan dari stakeholder dan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia industri di Indonesia, bahkan internasional,” imbuh Dirut PG.
Adapun inovasi yang diciptakan GIO 555 berjudul ‘Mengurangi caking Pupuk NPK dari 61% menjadi 34% dengan modifikasi sistem pendingin di Unit Phonska I dalam 9 bulan’. Melalui inovasi inilah, perusahaan berhasil menghemat biaya produksi sebesar Rp 268 juta dan menghapus biaya reprocessing serta reclaiming sebesar Rp 117 juta.